Nikmatilah waktu.
Rasailah rindu.
Manfaatkan waktu, sesekali untuk mengungkapkan rindu…
How to order?
Silakan klik di http://nulisbuku.com/books/view/waktu-untuk-merindu#
Teaser:
45 Menit - Annisa F. Viramisyah
07.00
Suasana salah satu ruang tunggu bandar udara internasional
itu tampak mulai ramai. Para calon penumpang pesawat mencoba membunuh waktu
menunggu dengan melakukan berbagai hal. Beberapa sibuk berbincang, beberapa
yang lainnya terlihat sibuk dengan diri mereka sendiri.
Seorang pria, tinggi besar, berwajah panjang, sudah semenjak
tadi memperhatikan seorang wanita berjaket coklat yang duduk di sebuah kursi
dekat jendela kaca. Ia tahu wanita itu, ia mengenali wajah itu, namun ia ragu.
Tak lama, ia memberanikan diri menegurnya.
“Hai...” suara pria itu terdengar seperti pita kaset yang
rusak. Sebagian dirinya tidak siap atau bahkan sebenarnya enggan menyapa.
Wanita itu menoleh dari buku yang dari tadi menjadi perhatiannya. Dahinya
berkerut sebentar sebelum akhinya tersenyum dan berkata, “Oh, kamu. Hai.”
Kamu. Siapapun bisa dipanggil dengan sebutan orang kedua
tunggal itu. Tapi khusus untuk dirimu, aku menyebutnya dengan alasan yang jelas
dan sederhana.
Last Monday - Wini Rizkiningayu
Aku terbangun dini pagi ini.
Kumatikan weker yang berbunyi tepat pada saat adzan subuh sayup-sayup
terdengar. Segarnya pagi yang belum tercium jilat panas mentari, menyeruak
masuk ke kamarku saat kaca jendela kubuka perlahan. Matahari masih belum
kelihatan, tapi sayup kicau burung sudah mulai memenuhi udara. Ah, ini adalah
sedikit damai yang terlupakan. Harusnya dalam 29 tahun ini aku bangun lebih
pagi. Aku kerahkan semua daya untuk mengusir kantuk yang tak mau pergi dan
meraup air wudhu. Lalu kugelar sajadah putih pemberian ibuku untuk ulang
tahunku minggu lalu. Kanjeng Gusti, terima kasih untuk pagi.
***
CNN
Monday : Sebuah meteor baru ditemukan. Ia diberi nama Illumina309. Ukurannya
yang hampir setengah planet bumi menjadikan ia sebuah objek angkasa yang
dahsyat tapi juga indah. Diperkirakan, meteor ini akan melintasi tata surya dan
menyuguhkan pemandangan fantastis bagi seluruh umat manusia. Pemandangan sekali
seumur hidup ini akan menjadi sebuah perayaan bagi seluruh dunia.
Sang Pengantin - Ardestya
05.00
“Kriiiiing!” dering telepon membangunkanku dari beauty
sleep pagi ini.
“Selamat pagi, Ibu. Wake up call pukul lima paginya,”
suara renyah operator di seberang sana.
“Oke, Mbak. Terima kasih.”
Aku menggeliat meregangkan tubuhku untuk membangunkan otot
yang telah beristirahat semalaman, lalu beranjak ke pintu menuju area beranda
yang tertutup oleh tirai tebal berwarna krem.
Hotel ini sungguh dirancang dengan baik. Semua detail
desainnya meneriakkan kemewahan yang berkelas. Mulai dari ruangan penyambutan
tamu, hingga detail terkecil seperti linen yang lembut menyentuh kulit saat
tidur, detail pinggiran tempat tidur, minyak aroma terapi yang dibakar di dalam
ruangan, dan karpet tebalnya yang sekarang membelai jemari kakiku yang
telanjang. Tapi semua keindahan itu tak seberapa dibandingkan dengan
pemandangan yang menyapaku ketika tirai itu tersibak. Sebuah infinity pool terhampar
ditengah-tengah taman yang tertata cantik dan berakhir di ujung tebing yang
berada tepat di atas Samudera Hindia. Amazing!
Obrolan Traffic Light - Damar Restio
10 tahun yang lalu... Ya kira kira 10 tahun yang lalu, saya
menginjakkan kedua kaki di suatu persimpangan waktu siang. Lama sempat saya
berdiri di situ terdengar karena ada obrolan menarik Si Traffic Light. Si Lampu
Merah, Si Lampu Kuning, Si Lampu Ijo.
Si Lampu Ijo: "Lihat lah temans, gagahnya saya ketika menyala… Semua
kendaraan laju cepat nian."
Si Lampu Merah: "Eits… tunggu dulu kawan. Lihatlah aku ketika menyala…
Semua harus berhenti dan kupersilakan orang orang untuk menyebrang.
Hahahlaha."
Si Lampu Kuning: *diam saja*
Rindunya Rindu - Agni Giani
Ini yang aku suka dari Balikpapan. Langitnya yang selalu
bersih, biru dengan awan putih bak kapas. Pantainya dimana-mana, tentu saja.
Kota ini memanjang di sebagian garis pantai Kalimantan Timur. Siang ini aku suka.
Memandang laut dari ruangan kerjaku. Hijau dedaunan dari pohon di samping
jendela dan biru gelap laut berbatasan dengan terangnya biru langit yang
disinari matahari tropis. Suasana ini yang akan kurindukan sampai kapanpun.
“Ehm, permisi,” suara seseorang mengembalikan aku ke 'bumi'
setelah hampir 5 menit aku mengagumi lukisan alam yang indah di depanku hingga
tersenyum sendiri. Bukan seseorang sih, aku sebenarnya tahu siapa yang datang
ini.
“Ya...” jawabku sambil membalikkan badan ke arah pintu,
tempat sumber suara berasal.
“Gimana?” dia bertanya sambil masih berdiri di ambang pintu.
“Apanya? Uhm masuk. Nggak bagus berdiri depan pintu begitu,”
aku balik bertanya sambil menggerakkan tangan mempersilahkannya masuk. “Gimana,
udah dibuka?” dia bertanya lagi. Kali ini dia sudah duduk di kursi sebelahku.
No comments:
Post a Comment